Thursday, March 5, 2020

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA MASA HINDU-BUDHA DI ASIA DAN EROPA




ANALISIS PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
            PADA MASA HINDU-BUDHA
                   DI ASIA DAN EROPA


 Penyusun :
 Nama               : Joko Sutrisno
 NPM               : 1813033013
 P.S.                  : Pendidikan Sejarah

Mata Kuliah                : Sejarah Pendidikan Indonesia
Dosen  Pengampu       : Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum.
                                                         



     JURUSAN PENDIDIKAN
 ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
    FAKULTAS KEGURUAN 
   DAN ILMU PENDIDIKAN
           31 AGUSTUS 2018





KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum. Selaku dosen yang membimbing sehingga makalah  ini dapat diselesaikan.
            Dan harapan saya semoga makalalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekuragan dalam makalah  ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Bandar Lampung, 31 Agustus 2018
Penyusun










KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum. Selaku dosen yang membimbing sehingga makalah  ini dapat diselesaikan.
            Dan harapan saya semoga makalalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekuragan dalam makalah  ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2018
Penyusun









DAFTAR ISI
                                                                                                              
    Kata Pengantar.......................................... i
  Daftar Isi.................................................... ii

  BAB I PENDAHULUAN 
  1.1   Latar Belakang Masalah...................... 1
        1.2   Rumusan Masalah................................ 1
        1.3 Tujuan Penulisan...................................1
  BAB II PEMBAHASAN
        2.1  Karakteristik Pendidikan di Cina.........   2
        2.2  Karakteristik Pendidikan di India........   4
        2.3  Perkembangan Pendidikan di Eropa.....  9
  BAB III PENUTUP
        3.1  Kesimpulan......................................  12  
        3.2  Saran.................................................  12
  DAFTAR PUSTAKA..............................     13







BAB I
PENDAHULUAN
       1.1.  Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya. Sebuah sistem pendidikan sangatlah diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur jalannya pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk jalannya proses pendidikan tersebut.
Setiap negara memiliki karakteristik dalam sistem pendidikannya. Di Benua Asia  seperti Cina dan India selain itu ada juga di Benua Eropa, Untuk lebih memperdalam mengenai perkembangan Hindu-Budha di Asia dan Eropa, saya akan menyajikannya lewat makalah yang kami buat.

         1.2.  Rumusan Masalah
                          1.       Bagaimana Perkembangan Hindu Budha di China ?
                          2.       Bagaimana Perkembangan Hindu-Budha di India ?
                          3.       Bagaimana Perkembangan Hindu-Budha di Benua Eropa ?

         1.3.  Tujuan Penulisan
                         1.       Untuk Mengetahui Perkembangan Hindu Budha di China
                         2.       Untuk Menganalisis Perkembangan Hindu-Budha di India
                         3.       Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Hindu-Budha di Benua Eropa





BAB II
PEMBAHASAN

       2.1.  Karakteristik Pendidikan di Cina
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan, ada apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri lain. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina meningkat. Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di China. Tetapi pada kesempatan ini tidak menjelaskan sampai masuknya bangsa asing ke Cina.
a.   Pendidikan Cina Masa Hindu-Budha
Permulaan pendidikan Cina  mencapai puncak dimulai pada Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh penguasa sebelumnya. Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika. Anggapan ini membuat pendidikan di Cina mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam masyarakat Cina.
Ciri-ciri pendidikan di Cina masa Hindu-Budha di antaranya adalah:
1.      Pendidikan tidak dihubungkan dengan agama, tetapi dengan tradisi dan kehidupan praktis. Yang dihormati bukan pandeta tetapi leluhurnya.
2.      Penyelenggara pendidikan adalah negara dan keluarga.
3.      Tujuan pendidikan adalah mendidik kepala-kepala keluarga yang baik, pegawai yang rajin, suami yang setia, anak-anak yang patuh, pegawai-pegawai yang rajin, warga negara yang jujur dan rela berbakti, tentara yang gagah berani.
Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah satu dinasti yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh bekas pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han, yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang terpelajar yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada awalnya bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative pemerintahan. Setiap distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota kerajaan. Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi ke dalam tiga tahapan. Sistem ujian ini dinilai sangat berat, dikarenakan dari banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus. Kekaisaran dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina, walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandanga orang dari kepemilikan harta atau keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan yang ketat. Para pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah distrik mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut sekolah informal dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak terikat oleh tempat atau waktu. Dengan menggunakan gambar yang tertera dalam pembelajaran dapat diketahui metode mengajar yang digunakan para guru dalam menyampaikan bahan materi pelajaran. Jadi dari gambar dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah metode ekspositori (ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan serupa dengan metode ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam mentransfer ilmu kepada para murid. Setelah tahapan belajar mengajar, maka melangkah kepada tahapan evaluasi atau system ujian. Sistem ujian yang berlaku pada masa Dinasti Han merupakan suatu hal yang unik dalam system pendidikan Cina. Pada masa itu sudah berkembang suatu system evaluasi yang sangat kompleks.
Menurut Rochiati Wiriaatmadja, A. Wildan, dan Dadan mengatakan bahwa ujian ini dibagi ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga tahap ujian tersebut antara lain:
1.      Ujian tingkat pertama diadakan di beberapa ibukota prefektur (kabupaten). Calon pegawai yang dapat melewati ujian tahap pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila diartikan yaitu “bakat yang sedang berkembang”.
2.      Ujian tingkat dua yakni ujian tingkat provinsi untuk mencapai gelar Chu-Jen, yakni “orang yang berhak mendapatkan pangkat”. Orang-orang yang berhak mengikuti tahapan ujian ini yaitu orang-orang yang telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai. Para peserta ujian tidak langusng mengikuti ujian, tetapi mereka diharuskan mengikuti latihan di akademi prefektur dalam rangka menghadapi persiapan ujian Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun sekali. Mereka yang dapat lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan mendapatkan tunjangan belajar.
3.      Pada tahap akhir yaitu ujian tahap tiga yang diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini diadakan setiap tiga tahun sekali, dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi. Tahapan ujian bertujuan untuk mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik pangkat”.
Ujian tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan yang sangat panjang dan lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari kamar-kamar kecil yang disekat. Calon pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk ujian tahap pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama lagi untuk ujian tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari sistem pendidikan ini disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan dan mereka yang gagal dalam mengikuti ujian ini akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.
b.      Kung Fu Tze (551-478 SM)
Kebudayaan bangsa tionghoa diciptakan oleh Kung Fu Tze (551-478 SM). Tulisan-tulisan yang diciptakan oleh Kung Fu Tze melukiskan kebijaksanaan sebelumnya. Hasil pemikiran itu ditulis dan dijadikan panutan atau pedoman pengetahuan generasi selanjutnya. Jadi, pengetahuan kita tentang tiongkok timbul pada waktu Kung Fu Tze. Tujuan pendidikan mereka ialah memelihara tatapnya yang ada. Apabila meleset orang akan dapat celaan. Bangsa tiongkok tidak beragama, tetapi mereka memelihara kebiasaan memuja nenek moyang mereka. Pemujaan itu lebih dari moralitas yang dalam kebesaran ialah segala sesuatu  yang sesuai dengan masa lampau, sedangkan kebajikan ialah perhatian kepada cita-cita yang sudah di tentukan oleh adat kebiasaan. Oleh karena itu, yang menjadi pokok pengajar ialah moralitas, sedangikan etika bergantung dari tradisi kuno. Oleh karena semuanya bersifat penghormatan atau hal-hal yang lampau, anak-anak dipersiapkan untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya. Maka sifat pendidikannya melatih pemimpin-pemimpin yang dapat memiliki pengetahuan-pengetahuan ajaran kuno dan kewajibannya memberikan hal-hal tersebut kepada rakyat. Orang tiongkok menganggap kaisar sebagai anak dewa sehingga kestabilan kaisar menjadi tujuan penidikan. Untuk kestabilan itu diperlukan orang-orang yang mempunyai kewajiban resmi. Mereka diwajibkan memimpin dan memberi teladan seperti dinyatakan kitab suci.
Tipe pendidikannya yang mencolok ialah adanya latihan-latihan moral, moral disini berarti tingkah laku. Bangsa tiongkok mementingkan latihan jasmani, juga (kesehatan). Mereka mengutamakan soal-soal damai dari pada perang dan pendapat bahwa kesehatan jiwa lebih tinggi dari pada perang dan pendapat bahwa kesehatan jiwa lebih tinggi daripada kesehatan badan. Basis pendidikan ialah Kung Fu Tze. Agama-agama tidak mementingkan tuhan. KungFu Tze sebagai penemu system moralitas yang naturalisasi (yaitu yang ditanamkan pada tiap dada orang tionghoa).
Di dalam sejarah ajaran Kung Fu Tze berpusat pada cita cita hidup yang baik. Mereka mementingkan bersaudaraan antar manusia meskipun persaudaraan itu ditentukan oleh kelas. Ada 5 nilai persaudaraan yang fundamental.
1.      Antar Pemerintah dan Rakyat.
2.      Antar Ayah dan Anak.
3.      Antara Suami dan Istri.
4.      Antara Kakak dan Adik.
5.      Antara Teman dan Teman.
Persaudaraan yang dikemukkan oleh Kung Fu Tze berdasarkan kepada doktrin tunduk. Rakyat tunduk kepada pemerintah. Anak kepada ayang, dan seterusnya. Dengan demikian, semua kebiasaan akan tetap terjaga. Berkaitan dengan hal tersebut, ia mengajukan 5 kewajiban utama :
1.      Kewajiban/keutama ini merupakan cinta yang universal
2.      Keadilan, yaitu dengan tidak adanya kemenyebelahan.
3.      Perasaan akan perintah, yaitu menyesuaikan diri untuk dapat dipergunakan. Tiap orang mempunyai posisi masing-masing.
4.      Berhari-hari, kejujuran hati dari pikiran, selalu berbuat jujur.
5.      Kesetiaan, merupakan kesetiaan yang harus dijalankan kepada ayang, dan sebagainya.
c.       Metode Pendidikan oleh Kung Fu Tze
Kung Fu Tse adalah guru besar, banyak murid-muridnya dari jauh maupun dekat. Adapun metode nya disamakan dengan Socrates dan Yunani. Karena adanya persamaan bahwa 200 tahun sebelum Socrates metode Socrates telah ada. Adapun caranya adalah berjalan dari suatu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan ajaran yang disertai oleh pengikutnya yang setia. Selain mengajar, dia ingin supaya murid-muridnya mengajukan pendapat mengenai ajarannya.
Sebagai guru Kung Fu Tse sangat mementingkan kapasitas individu. Jadi, ia berusaha keras supaya murid-muridnya nanti mempunyai pengetahuan yang tinggi dan luhur. Dengan demikian, kita dapat memberi kesimpulan bahwa pada zaman itu Kung Fu Tse telah mempergunakan metode baru, ialah memperhatikan minat dan bakat dari tiap-tiap muridnya. Sering kali Kung Fu Tse membawa murid-murid nya keluar sekolah supaya suasana lebih rileks dan diharapkan hubungan guru dengan murid dapat terjalin dengan baik. Tetapi meskipun demikian ada keburukannya ialah bahwa memberikan pelajaran nya yang terlalu mementingkan tentang ingatan. Sekolah-sekolah dipompakan ingatan untuk dapat diingat. Jadi, tujuan utama ialah supaya orang dapat mengingat secara cepat dan tepat. Metode ini kurang baik karena memperlambat anak dalam mengembangkan inisiatifnya. 


       2.2.  Karakteristik Pendidikan di India
a.       Pendidikan di India Masa Hindu-Budha
Rakyat India terbagi dalam 4 kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Bagi orang India ilmu adalah alat untuk mencari kesempurnaan mistik. Mistik adalah penyepian batin dari kenyataan dengan tujuan manunggal dengan Tuhan. Kasta brahmana terdiri dari kaum pendeta. Kasta ksatria adalah kaum bangsawan, prajurit, mereka menerima pengajaran dalam membaca, menulis, berhitung, dan ilmu siasat berperang. Kasta waisya terdiri dari para tukang, pedagang, peladang, dan sebagainya. Kasta waisya mendapatkan pengetahuan dan pengajaran dalam bidang pertanian. Kasta paling rendah atau kasta sudra dianggap sebagai manusia yang hina, yang hanya dapat melakukan pekerjaan budak, sehingga mereka tidak berhak mendapat pengajaran. Ciri pendidikan pada masa itu adalah:
1.      Pendidikan agama diutamakan. Dasar pendidikannya adalah kitab veda (kitab suci orang India).
2.      Kasta brahmana menjadi penyelenggara dari pendidikan. Mereka menguasai hidup dan hanya kasta ini yang mempunyai pengetahuan.
3.      Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan mistik dengan ilmu pengetahuan sebagai alatnya.
4.      Pendidikan untuk kaum perempuan tidak diperhatikan, kecuali untuk
calon-calon penari kuil.
Pelaksanaan pendidikan diawali dengan pemberian munya (kalung suci), yaitu, seutas tali yang digantungkan dari bahu kiri ke pinggang kanan. Munya sebagai tanda penerimaan dalam lingkungan keagamaan. Upacara ini disebut upacara upanayana (udayana). Pemberian munya pada anak brahmana saat berumur 8 tahun, sedang untuk anak ksatria pada usia 11 tahun, dan bagi anak waisya saat berusia 12 tahun. Selama penyelenggaraan pendidikan, murid-murid tinggal bersama dengan gurunya, hidup sederhana dan bekerja keras membantu keluarga gurunya. Sistem ini disebut sistem guru-kula (kula:murid), atau pendidikan asrama. Guru dan istrinya dianggap sebagai orangtua oleh para murid. Sistem guru kula masih tetap dipertahankan sampai masa India modern di samping sistem pendidikan yang lain (klasikal),


       2.3.  PERKEMBANGAN PENDIDIKAN EROPA MASA HINDU-BUDHA
A.     Perkembangan Pendidikan Yunani
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah:
·  Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
·  Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
· Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
         1.                   Pendidikan Awal di Yunani
Sebetulnya sukar diketahui, lebih-lebih apabila sifat pendidikannya dalam hubungan fisik dan Spritual, tetapi meskipun demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa pendidikan mula-mula dapat dibagi dua;
·     Masa sebelum Homeros
·     Masa Homeros
Masa sebelum Homeros ini bersifat sederhana. Yang mempunyai peranan penting disini ialah initiasi untuk memasuki dewasa. Segala pendidikan diarahkan kepada moralitet. Peraturan-peraturan moral ini terutama diajarkan oleh ayah.
1.         Masa Homeros
Homeros menulis dua espos ialah Hilies dan Odessa. Yang penting sebagai sumber pendidikan ialah Hilies. Didalam buku ini diceritakan pendidikan pemuda Achilles oleh tutornya, Phoenix. Yang dipelajari oleh Achilles ialah Retorik dan perbuatan-perbuatan mengenai keberanian, dan kedua ialah mengenai kesenian dan pengobatan, disini diterangkan sistem berguru. Terutama pendidikannya ditujukan kepribadian yang baik, karena adanya buku ini maka yunani dikenal oleh dunia lain.
2.         Bangsa Campuran
Bangsa Yunani adalah campuran dari berbagai bangsa :
Bangsa Aegea –Creta
Bangsa ini adalah bangsa yang paling tua, menurut taksiran telah ada sejak 20.000 tahun SM mempunyai kebudayaan sendiri yang terdapat di pulau Kreta, Aegea dan Yunani sendiri.
·         Bangsa Arya
Bangsa ini datang dari berbagai golongan imigrasi dan menempatkan diri di kalangan penduduk asli. Bangsa Arya kemudian menamakan bangsa mereka bangsa Helen oleh karena mereka berasal dari nenek moyang  yang sama.
·         Bangsa Doria
Datangnya pada abad 12 SM oleh karena kedatangan bangsa ini bangsa yang lain lalu tercerai-berai terdesak mencari tempat perlindungan seperti di Athena, ke pulau-pulau lonia lalu menamakan dirinya bangsa lonia.

v  Sparta
Sparta adalah negara Aristokrasi-militeristis. Dasarnya Undang-undang Lycurgus (± 900 SM). Ciri pendidikan: pendidikan diselenggarakan oleh negara dan hanya untuk warga negara merdeka. Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua asas
                         ·           anak adalah milik Negara
                         ·           tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah berani). Ciri-ciri pendidikannya adalah :
                         ·            Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (bukan budak);
                         ·            Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
                         ·            Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan: anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara, seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan. Musik dan nyanyian hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan.
  

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari materi tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Perkembangan pendidikan semakin hari semakin maju hal ini tidak terlepas dari sejarah pendidikan di masa lalu. Jadi peranan kita sangat penting untuk mempelajari sejarah pendidikan apalagi kita sebagai generasi penerus jangan sampai melupakan sejarah. Kita sebagai orang yang berpendidikan dan menuntut ilmu di kampus tentunya harus paham akan sejarah pendidikan di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.

3.2.    Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan
                          1.       Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
                          2.       Untuk supaya bisa membaca kembali Referensi yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.


  
DAFTAR PUSTAKA

Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
Agung,Leo.2012.Sejarah Pendidikan.Yogyakarta,Ombak
Kasmadi, Hartono. 2003. Buku Ajar Sejarah Pendidikan. Unes









Tradisi Kebo-Keboan, Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang             Banyuwangi adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Di ...