ANALISIS PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
PADA
MASA HINDU-BUDHA
DI
ASIA DAN EROPA
Penyusun :
Nama : Joko Sutrisno
NPM : 1813033013
P.S. : Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah :
Sejarah Pendidikan Indonesia
Dosen Pengampu :
Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum.
JURUSAN
PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
31
AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum. Selaku dosen yang membimbing sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
Dan
harapan saya semoga makalalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekuragan
dalam makalah ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 31 Agustus 2018
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur
atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum. Selaku dosen yang membimbing sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
Dan
harapan saya semoga makalalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekuragan
dalam makalah ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 31 Agustus 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................... i
Daftar Isi.................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Karakteristik
Pendidikan di Cina......... 2
2.2
Karakteristik
Pendidikan di India........ 4
2.3
Perkembangan
Pendidikan di Eropa..... 9
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................... 12
3.2
Saran................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA.............................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Sistem
pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi di dalam dirinya. Sebuah sistem pendidikan sangatlah
diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur jalannya pendidikan
di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk jalannya proses pendidikan
tersebut.
Setiap negara memiliki
karakteristik dalam sistem pendidikannya. Di Benua Asia seperti Cina dan India selain itu ada juga di
Benua Eropa, Untuk lebih memperdalam mengenai perkembangan Hindu-Budha di Asia
dan Eropa, saya akan menyajikannya lewat makalah yang kami buat.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Perkembangan Hindu Budha di
China ?
2.
Bagaimana Perkembangan Hindu-Budha di
India ?
3.
Bagaimana Perkembangan Hindu-Budha di
Benua Eropa ?
1.3.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Perkembangan Hindu
Budha di China
2.
Untuk Menganalisis Perkembangan
Hindu-Budha di India
3.
Untuk Mengetahui Karakteristik
Perkembangan Hindu-Budha di Benua Eropa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Pendidikan di Cina
Ada
sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi:
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara,
yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan, ada apa dengan pendidikan
cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri lain. Dalam buku Muhammad
Said dan Junimar Affan yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan
bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”.
Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
membuat sistem pendidikan di Cina meningkat. Sikap orang Cina yang mementingkan
pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina
mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa
lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem
pendidikan kuno di China. Tetapi pada kesempatan ini tidak menjelaskan sampai
masuknya bangsa asing ke Cina.
a. Pendidikan
Cina Masa Hindu-Budha
Permulaan
pendidikan Cina mencapai puncak dimulai
pada Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan
diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini
dibrangus oleh penguasa sebelumnya. Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan
sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan
etika. Anggapan ini membuat pendidikan di Cina mengiringi kembalinya
popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam masyarakat Cina.
Ciri-ciri pendidikan di Cina masa Hindu-Budha di antaranya adalah:
1. Pendidikan tidak dihubungkan
dengan agama, tetapi dengan tradisi dan kehidupan praktis. Yang dihormati bukan
pandeta tetapi leluhurnya.
2. Penyelenggara pendidikan adalah
negara dan keluarga.
3. Tujuan pendidikan adalah mendidik
kepala-kepala keluarga yang baik, pegawai yang rajin, suami yang setia,
anak-anak yang patuh, pegawai-pegawai yang rajin, warga negara yang jujur dan
rela berbakti, tentara yang gagah berani.
Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana yang kelak
akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah satu dinasti
yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh bekas
pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang
terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han,
yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas
orang-orang terpelajar yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara.
Sistem pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada
awalnya bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran
konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative
pemerintahan. Setiap distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota
kerajaan. Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi
ke dalam tiga tahapan. Sistem ujian ini dinilai sangat berat, dikarenakan dari
banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus. Kekaisaran
dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina,
walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga
membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam
masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara
alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam
stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana
masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandanga orang dari kepemilikan harta atau
keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan
yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan
dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
Pada
masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan yang ketat. Para
pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah distrik mendirikan
sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut sekolah informal dikarenakan
proses belajar mengajar yang dilakukan tidak terikat oleh tempat atau waktu.
Dengan menggunakan gambar yang tertera dalam pembelajaran dapat diketahui
metode mengajar yang digunakan para guru dalam menyampaikan bahan materi
pelajaran. Jadi dari gambar dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
metode mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah metode ekspositori
(ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan serupa dengan metode
ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam mentransfer ilmu kepada para
murid. Setelah tahapan belajar mengajar, maka melangkah kepada tahapan evaluasi
atau system ujian. Sistem ujian yang berlaku pada masa Dinasti Han merupakan
suatu hal yang unik dalam system pendidikan Cina. Pada masa itu sudah
berkembang suatu system evaluasi yang sangat kompleks.
Menurut
Rochiati Wiriaatmadja, A. Wildan, dan Dadan mengatakan bahwa ujian ini dibagi
ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga tahap ujian tersebut antara lain:
1. Ujian
tingkat pertama diadakan di beberapa ibukota prefektur (kabupaten). Calon pegawai
yang dapat melewati ujian tahap pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila
diartikan yaitu “bakat yang sedang berkembang”.
2. Ujian
tingkat dua yakni ujian tingkat provinsi untuk mencapai gelar Chu-Jen, yakni
“orang yang berhak mendapatkan pangkat”. Orang-orang yang berhak mengikuti
tahapan ujian ini yaitu orang-orang yang telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai.
Para peserta ujian tidak langusng mengikuti ujian, tetapi mereka diharuskan
mengikuti latihan di akademi prefektur dalam rangka menghadapi persiapan ujian
Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun sekali. Mereka yang dapat lulus
dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan mendapatkan tunjangan belajar.
3. Pada
tahap akhir yaitu ujian tahap tiga yang diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini
diadakan setiap tiga tahun sekali, dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi.
Tahapan ujian bertujuan untuk mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik
pangkat”.
Ujian
tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan yang sangat panjang dan
lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari kamar-kamar kecil yang disekat.
Calon pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk ujian tahap
pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama lagi untuk ujian
tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari sistem pendidikan
ini disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan dan mereka yang gagal dalam
mengikuti ujian ini akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.
b. Kung
Fu Tze (551-478 SM)
Kebudayaan
bangsa tionghoa diciptakan oleh Kung Fu Tze (551-478 SM). Tulisan-tulisan yang
diciptakan oleh Kung Fu Tze melukiskan kebijaksanaan sebelumnya. Hasil
pemikiran itu ditulis dan dijadikan panutan atau pedoman pengetahuan generasi
selanjutnya. Jadi, pengetahuan kita tentang tiongkok timbul pada waktu Kung Fu
Tze. Tujuan pendidikan mereka ialah memelihara tatapnya yang ada. Apabila
meleset orang akan dapat celaan. Bangsa tiongkok tidak beragama, tetapi mereka
memelihara kebiasaan memuja nenek moyang mereka. Pemujaan itu lebih dari
moralitas yang dalam kebesaran ialah segala sesuatu yang sesuai
dengan masa lampau, sedangkan kebajikan ialah perhatian kepada cita-cita yang
sudah di tentukan oleh adat kebiasaan. Oleh karena itu, yang menjadi pokok
pengajar ialah moralitas, sedangikan etika bergantung dari tradisi kuno. Oleh
karena semuanya bersifat penghormatan atau hal-hal yang lampau, anak-anak
dipersiapkan untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya. Maka sifat pendidikannya
melatih pemimpin-pemimpin yang dapat memiliki pengetahuan-pengetahuan ajaran
kuno dan kewajibannya memberikan hal-hal tersebut kepada rakyat. Orang tiongkok
menganggap kaisar sebagai anak dewa sehingga kestabilan kaisar menjadi tujuan
penidikan. Untuk kestabilan itu diperlukan orang-orang yang mempunyai kewajiban
resmi. Mereka diwajibkan memimpin dan memberi teladan seperti dinyatakan kitab
suci.
Tipe pendidikannya yang mencolok ialah adanya latihan-latihan moral,
moral disini berarti tingkah laku. Bangsa tiongkok mementingkan latihan
jasmani, juga (kesehatan). Mereka mengutamakan soal-soal damai dari pada perang
dan pendapat bahwa kesehatan jiwa lebih tinggi dari pada perang dan pendapat
bahwa kesehatan jiwa lebih tinggi daripada kesehatan badan. Basis pendidikan
ialah Kung Fu Tze. Agama-agama tidak mementingkan tuhan. KungFu Tze sebagai
penemu system moralitas yang naturalisasi (yaitu yang ditanamkan pada tiap dada
orang tionghoa).
Di dalam sejarah ajaran Kung Fu Tze berpusat pada cita cita hidup yang
baik. Mereka mementingkan bersaudaraan antar manusia meskipun persaudaraan itu
ditentukan oleh kelas. Ada 5 nilai persaudaraan yang fundamental.
1. Antar Pemerintah dan Rakyat.
2. Antar Ayah dan Anak.
3. Antara Suami dan Istri.
4. Antara Kakak dan Adik.
5. Antara Teman dan Teman.
Persaudaraan yang dikemukkan oleh Kung Fu Tze berdasarkan kepada doktrin
tunduk. Rakyat tunduk kepada pemerintah. Anak kepada ayang, dan seterusnya.
Dengan demikian, semua kebiasaan akan tetap terjaga. Berkaitan dengan hal
tersebut, ia mengajukan 5 kewajiban utama :
1. Kewajiban/keutama ini merupakan
cinta yang universal
2. Keadilan, yaitu dengan tidak
adanya kemenyebelahan.
3. Perasaan akan perintah, yaitu
menyesuaikan diri untuk dapat dipergunakan. Tiap orang mempunyai posisi
masing-masing.
4. Berhari-hari, kejujuran hati dari
pikiran, selalu berbuat jujur.
5. Kesetiaan,
merupakan kesetiaan yang harus dijalankan kepada ayang, dan sebagainya.
c. Metode
Pendidikan oleh Kung Fu Tze
Kung
Fu Tse adalah guru besar, banyak murid-muridnya dari jauh maupun dekat. Adapun
metode nya disamakan dengan Socrates dan Yunani. Karena adanya persamaan bahwa
200 tahun sebelum Socrates metode Socrates telah ada. Adapun caranya adalah
berjalan dari suatu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan ajaran yang
disertai oleh pengikutnya yang setia. Selain mengajar, dia ingin supaya
murid-muridnya mengajukan pendapat mengenai ajarannya.
Sebagai
guru Kung Fu Tse sangat mementingkan kapasitas individu. Jadi, ia berusaha
keras supaya murid-muridnya nanti mempunyai pengetahuan yang tinggi dan luhur.
Dengan demikian, kita dapat memberi kesimpulan bahwa pada zaman itu Kung Fu Tse
telah mempergunakan metode baru, ialah memperhatikan minat dan bakat dari
tiap-tiap muridnya. Sering kali Kung Fu Tse membawa murid-murid nya keluar
sekolah supaya suasana lebih rileks dan diharapkan hubungan guru dengan murid
dapat terjalin dengan baik. Tetapi meskipun demikian ada keburukannya ialah
bahwa memberikan pelajaran nya yang terlalu mementingkan tentang ingatan.
Sekolah-sekolah dipompakan ingatan untuk dapat diingat. Jadi, tujuan utama
ialah supaya orang dapat mengingat secara cepat dan tepat. Metode ini kurang
baik karena memperlambat anak dalam mengembangkan inisiatifnya.
2.2. Karakteristik Pendidikan di India
a. Pendidikan
di India Masa Hindu-Budha
Rakyat
India terbagi dalam 4 kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Bagi
orang India ilmu adalah alat untuk mencari kesempurnaan mistik. Mistik adalah
penyepian batin dari kenyataan dengan tujuan manunggal dengan Tuhan. Kasta
brahmana terdiri dari kaum pendeta. Kasta ksatria adalah kaum bangsawan,
prajurit, mereka menerima pengajaran dalam membaca, menulis, berhitung, dan
ilmu siasat berperang. Kasta waisya terdiri dari para tukang, pedagang,
peladang, dan sebagainya. Kasta waisya mendapatkan pengetahuan dan pengajaran
dalam bidang pertanian. Kasta paling rendah atau kasta sudra dianggap sebagai
manusia yang hina, yang hanya dapat melakukan pekerjaan budak, sehingga mereka
tidak berhak mendapat pengajaran. Ciri pendidikan pada masa itu adalah:
1. Pendidikan
agama diutamakan. Dasar pendidikannya adalah kitab veda (kitab suci orang
India).
2. Kasta
brahmana menjadi penyelenggara dari pendidikan. Mereka menguasai hidup dan
hanya kasta ini yang mempunyai pengetahuan.
3. Tujuan
pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan mistik dengan
ilmu pengetahuan sebagai alatnya.
4. Pendidikan
untuk kaum perempuan tidak diperhatikan, kecuali untuk
calon-calon
penari kuil.
Pelaksanaan
pendidikan diawali dengan pemberian munya (kalung suci), yaitu, seutas tali
yang digantungkan dari bahu kiri ke pinggang kanan. Munya sebagai tanda
penerimaan dalam lingkungan keagamaan. Upacara ini disebut upacara upanayana
(udayana). Pemberian munya pada anak brahmana saat berumur 8 tahun, sedang
untuk anak ksatria pada usia 11 tahun, dan bagi anak waisya saat berusia 12
tahun. Selama penyelenggaraan pendidikan, murid-murid tinggal bersama dengan
gurunya, hidup sederhana dan bekerja keras membantu keluarga gurunya. Sistem
ini disebut sistem guru-kula (kula:murid), atau pendidikan asrama. Guru dan
istrinya dianggap sebagai orangtua oleh para murid. Sistem guru kula masih
tetap dipertahankan sampai masa India modern di samping sistem pendidikan yang
lain (klasikal),
2.3. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN EROPA MASA
HINDU-BUDHA
A. Perkembangan Pendidikan Yunani
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan
manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan
masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan
dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang
merah pendidikan itu ialah:
· Pendidikan
adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
· Pendidikan
merupakan kegiatan yang bersifar universal.
· Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang
umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup
masing-masing bangsa.
1. Pendidikan
Awal di Yunani
Sebetulnya sukar diketahui, lebih-lebih apabila sifat
pendidikannya dalam hubungan fisik dan Spritual, tetapi meskipun demikian
secara kasar dapat dikatakan bahwa pendidikan mula-mula dapat dibagi dua;
· Masa sebelum
Homeros
· Masa Homeros
Masa sebelum Homeros ini bersifat sederhana. Yang
mempunyai peranan penting disini ialah initiasi untuk memasuki dewasa. Segala
pendidikan diarahkan kepada moralitet. Peraturan-peraturan moral ini terutama
diajarkan oleh ayah.
1.
Masa Homeros
Homeros menulis dua espos ialah Hilies dan Odessa. Yang penting
sebagai sumber pendidikan ialah Hilies. Didalam buku ini diceritakan pendidikan
pemuda Achilles oleh tutornya, Phoenix. Yang dipelajari oleh Achilles ialah
Retorik dan perbuatan-perbuatan mengenai keberanian, dan kedua ialah mengenai
kesenian dan pengobatan, disini diterangkan sistem berguru. Terutama
pendidikannya ditujukan kepribadian yang baik, karena adanya buku ini maka
yunani dikenal oleh dunia lain.
2.
Bangsa Campuran
Bangsa Yunani adalah campuran dari berbagai bangsa :
Bangsa Aegea –Creta
Bangsa ini adalah bangsa yang paling tua, menurut
taksiran telah ada sejak 20.000 tahun SM mempunyai kebudayaan sendiri yang
terdapat di pulau Kreta, Aegea dan Yunani sendiri.
· Bangsa
Arya
Bangsa ini datang dari berbagai golongan imigrasi dan
menempatkan diri di kalangan penduduk asli. Bangsa Arya kemudian menamakan
bangsa mereka bangsa Helen oleh karena mereka berasal dari nenek moyang yang sama.
· Bangsa
Doria
Datangnya pada abad 12 SM oleh karena kedatangan bangsa
ini bangsa yang lain lalu tercerai-berai terdesak mencari tempat perlindungan
seperti di Athena, ke pulau-pulau lonia lalu menamakan dirinya bangsa lonia.
v Sparta
Sparta adalah negara Aristokrasi-militeristis. Dasarnya
Undang-undang Lycurgus (± 900 SM). Ciri pendidikan: pendidikan diselenggarakan
oleh negara dan hanya untuk warga negara merdeka. Pendidikan di Sparta
didasarkan atas dua asas
·
anak adalah milik Negara
·
tujuan pendidikan adalah membentuk
serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara
yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah berani). Ciri-ciri
pendidikannya adalah :
·
Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga
negara yang merdeka (bukan budak);
·
Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
·
Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tahun
diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan: anak-anak dibiasakan menahan
lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin hanya memakai mantel
biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara, seperti keberanian,
ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu
mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak
terlalu penting dan diabaikan. Musik dan nyanyian hanya dijadikan alat untuk
mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari materi tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Perkembangan pendidikan semakin hari semakin maju hal ini
tidak terlepas dari sejarah pendidikan di masa lalu. Jadi peranan kita sangat penting
untuk mempelajari sejarah pendidikan apalagi kita sebagai generasi penerus
jangan sampai melupakan sejarah. Kita sebagai orang yang berpendidikan dan
menuntut ilmu di kampus tentunya harus paham akan sejarah pendidikan di masa
lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil pelajaran dari
setiap peristiwa yang pernah terjadi.
3.2.
Saran
Adapun saran yang
bisa penulis berikan
1.
Kepada
semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya.
2.
Untuk
supaya bisa membaca kembali Referensi yang berkenaan dengan pembahasan ini
sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
Agung,Leo.2012.Sejarah Pendidikan.Yogyakarta,Ombak
Kasmadi, Hartono. 2003. Buku Ajar Sejarah Pendidikan.
Unes